PROFIL KOMUNITAS SENI DAN BUDAYA SUKU UNA


Oleh: Panuel Maling
(Ketua Komunitas Seni & Budaya Suku UNA)

NAMA KOMUNITAS

Nama komunitas bernama Komunitas Seni dan Budaya Suku UNA yang disingkat KSB. Suku Una, yang berkedudukan di Dekai, Kabupaten Yahukimo sebagai pusat.

Komunitas Seni dan Budaya (KSB) Suku UNA adalah komunitas seni dan budaya yang mengembangkan dan melestarikan seni dan budaya Suku Una, yang dipertahankan secara turun temurun. Aktivitas seni dan budaya sudah berjalan sejak dahulu kala, aktivitas itu sebagai sebuah warisan nenek moyang masyarakat Suku Una.

JANGKA WAKTU

Komunitas Seni dan Budaya Suku Una didirikan untuk jangka waktu yang tidak ditentukan lamanya dan dimulai pada waktu didirikan.

LATAR BELAKANG

Suku UNA merupakan salah satu suku yang terletak di wilayah pegunungan tengah Papua. Secara adminitrasi Suku Una terletak di Kabupaten Yahukimo, yaitu Distrik Bomela terdiri atas 6 (enam) kampung; Distrik Langda terdiri atas 12 kampung (9 diantaranya terdaftar secara administrasi sebagai Desa); dan Distrik Sumtamon terdiri atas 12 kampung (9 diantaranya terdaftar secara administrasi sebagai Desa). Suku UNA berasal dari bahasa latin, yang artinya “Satu”. Suku Una terdiri atas 3 (tiga) wilayah besar, yaitu wilayah Bomela, wilayah Langda dan wilayah Sumtamon. Keunikan dari masyarakat suku Una adalah memiliki nilai budaya satu, berbahasa yang satu dan kini beragama satu. Nama suku Una diberikan oleh para misionaris dari Belanda, setelah melakukan survey terhadap budaya dan bahasa di wilayah Langda, Bomela dan Sumtamon. Survey tersebut dilakukan ± 8 tahun, dimulai dari wilayah Langda pada tahun 1973, kemudian di wilayah Bomela mulai tahun 1975, dan di wilayah Sumtamon pada tahun 1979. Survey ini cukup menghabiskan waktu yang banyak, karena survey dilakukan sembari menjalankan pekabaran Injil di Suku Una sebagai tujuan utamanya. Yang kemudian para misionaris menyimbulkan berdasarkan satu budaya dan satu bahasa itu disebut Suku UNA.

NILAI KEBUDAYAAN

Nilai budaya Suku Una sangat tinggi, hal itu disebabkan karena dalam acara-acara adat (sakral) masyarakat suku Una lazim menggunakan alat-alat budaya. Acara-acara tersebut antara lain tarian adat merayakan kemenangan setelah perang, bikin rumah adat (honai laki-laki), acara adat, pendidikan adat anak muda (inisiasi) dan acara adat antarkampung. Dalam acara-acara tersebut tidak mencirikan seni dan ciri khas masyarakat asli kalau tidak menggunakan alat budaya. Selain itu, acara-acara adat tersebut biasa batal dilaksanakan kalau salah satu dari alat budaya yang dipakai tidak ada. Karena alat budaya yang dipakai mewarnai kesenian tarian adat dan menampilkan corak yang asli dari tarian tersebut.

Alat-alat budaya selain manfaatnya dalam digunakan dalam acara-acara adat sebagai bagian dari seni. Alat budaya juga digunakan untuk pembayaran mas kawin. Sejak dahulu kala hingga kini, pembayaran mas kawin harus ada alat budaya yang mempunyai makna tersendiri. Kebiasaan ini hingga kini tidak terkontaminasi dengan pengaruh-pengaruh luar.

Alat-alat budaya Suku Una memiliki nilai tersendiri yang mencirikan masyarakat suku Una itu sendiri. Alat-alat budaya itu seperti jenis-jenis noken, kapak batu, panah dan busur, pakaian adat (ting), jenis honai yang berbeda (ada honai laki-laki dan perempuan), dan alat-alat budaya jenis kecil yang dianyam dengan bahan dasar yang hanya ada di suku Una.

Honai adat laki-laki mempunyai fungsi yang sangat sakral, yaitu sebagai tempat musyawarah khusus laki-laki (rencana strategi perang, rencana acara adat, rencana bongkar dan bangun rumah, serta pokok-pokok penting lain); tempat pendidikan adat (inisiasi) bagi anak muda; tempat menerima tamu dari kampung lain; tempat bikin dan simpan alat-alat budaya; dan honai laki-laki tidak bisa perempuan masuk.

NILAI KESENIAN

Alat-alat budaya memiliki nilai seni tersendiri. Karena alat-alat budaya itu dibuat berdasarkan corak khas yang mempunyai makna. Disaat alat-alat budaya itu digunakan pada acara-acara adat masyarakat Suku Una, terpandang indah. Seni indah itu diukir dan diwarnai oleh berbagai bahan alami, seperti kulit kayu, tanah warna merah, batu gosok, buah pohon khusus, dan getah pohon berdasarkan kemanfaatan. Ada juga mewarnai noken, busur & panah, kapak batu, bulu cenderawasih, bulu kasuari, dan hiasan-hiasan lain yang bernuansa budaya.

Bahan-bahan yang digunakan mudah didapatkan di wilayah Bomela, Langda dan Sumtamon. Sehingga untuk membuat alat budaya dengan bernilai seni tidak terlalu rumit. Nilai seni dari kebudayaan ini memiliki nilai kompetitif dengan budaya luar jika disandingkan.

Nilai seni tidak hanya muncul dari karya-karya kreatif kebudayaan. Tapi juga dari seni tari dan lagu-lagu saat acara adat. Kolaborasi antara 3 (tiga) aspek yang berbeda menampilkan nilai seni yang unik, yaitu alat budaya dan tari yang diiringi lagu memiliki nilai kesenian tersendiri berdasarkan konteks budaya asli Suku Una. Masing-masing jenis lagu memiliki beragam makna yang berbeda berdasarkan konteks kebiasaan. Jenis lagu itu berbeda lirik yang menceritakan tentang kisah hidup dan kebiasaan setempat.


Komentar